Pena :
Akh. Maemun
air
mata menetes tak henti dari anak-anak terlantar
perut
laparnya mengerang mengiris pilu
nasib
malangnya begitu panjang
menggores
sejarah negeri gemah ripah loh jinawi
ceritanya
tak pernah henti dari setiap pergantian ulil amri
ibu-ibu
terpasung lara ikhlaskan jiwa raga
bapak-bapak
terluka asa relakan segalanya
asal
iris tangis anaknya tak terdengar
biar
rintih pilu permata hatinya tak mengusik kalbu
perkasa
merengkuh nasib
memburu
matahari pagi
mengejar
rembulan ditepian malam
hanyut
dalam keterpurukan
di
bawah naung penampuk kekuasaan
bakul
nasi yang tak pernah penuh terisi
selalu
menagih di detik-detik keroncongan perut melilit
simbahan
air mata jadi penghantar kisah nestapa
diantara
keputusan bijak para penguasa
yang
tak berpihak pada rakyat jelata
Malingping
– Selatan Sisih Terpencil, 05 Juni 2007